Ini dapur idaman saya banget. Sampe bisa jadi dapur kayak gini, penuh perjuangan dan do'a, hahahaha. Kalo saya aplot disini bukan berarti saya pengen pamer lho ya....saya cuma inget pengalaman waktu dulu mau bikin dapur. browsing sana-sini kok ga nemu info yang cukup buat saya bikin dapur idaman. Yang ada penawaran jasa merancang dan membuat dapur. Maka pergilah saya ke salah satu perusahaan itu. saya datangi salah satu show room yang ada di dekat kantor saya. Disana saya liat contoh-contal dapur (plus lemari) yang buagus-buagus banget. Tapi......harganya ampyuuuun. Budget yang saya punya saat itu buat beli kaca kitchen setnya aja ga cukup, qiqiqiqi. Kalo dihitung-hitung, harga kitchen set yang paling murah di tmpat itu seharga rumah saya....huahahaha. Ya sudah, saya menghayal-menghayal aja dulu lah, sampai akhirnya tukang kusen di rumah kami menawarkan jasanya. Hitung-hitung, rasanya terjangkaulah. Lagipula dia kan cuma ngerjain yang berbentuk kayu-kayunya aja. Isi kitchen, sink, keran, dan lain-lainnya bisa kita cari sndiri. Karena waktu pengerjaannya yang butuh waktu berbulan-bulan, kami juga bisa ngumpulin uang dulu. Tapi itupun nggak langsung bikin kesepakatan. Ntar nunggu urusan kusen selesai dulu. Ya sudah, sambil menunggu waktu,mulailah saya dan suami berburu perabotan dapur.
Kompor dan oven plus penyedot asapnya saya beli duluan dengan cicilan Bank Mandiri o% :), merk Technogas. Merk ini dipilih karena komponen di tungkunya menggunakan baja yang bagus dibanding merk lainnya. Yang lain sebagian baja, sebagian kuningan. Dari segi teknologi juga jadi alasan, karena kompor ini menutup aliran gas secara otomatis kalau terjadi kebocoran. Modelnya saya pilih yang simpel, yang ga banyak sudut dan celah supaya mudah membersihkan mengingat kompor nantinya bakal kena tumpahan masakan.
Ovennya saya pilih yang model tanam, karena saya pengen dapur saya terlihat cantik. Oven ini dilengkapi dengan pintu berlapis, sehingga panas oven ngga keluar. Kaca oven juga menggunakan teknik tertentu, sehingga aman disentuh saat oven beroperasi (gak panas) Syarat lainnya yang saya haruskan adalah ada pengatur suhu dan timernya, ada pengapina atas dan bawah.
Table topnya kami berburu ke daerah Rawasari. Disana memang berjejer di sepanjang jalan toko marmer dan keramik dengan harga miring. Atas saran dari pemilik toko, kami pilih granit buat table topnya karena katanya lebih kuat, dan tahan terhadap goresan. Harganya dihitung permeter lari dengan ukuran lebar yang sudah standar. harga itu termasuk juga ongkos pemasangan dan pemotongan granit untuk disesuaikan dnegan bentuk dapurnya nanti. Karena jenis granit yang kami pilih belum ada barangnya, jadi kami indent dulu, dan itu artinya waktu lagi buat ngumpulin uang:) . Dalam perjalanannya, dana kami mencukupi buat bikin meja wastafel di kamar mandi yang terbuat dari granit yang sama.
Sink dan kerannya kami berburu ke daerah mangga dua. Disana ada salah satu toko yang menurut referensi temen harganya agak miring. Kami pilih sink import yang satu lubang (bukan yang terbagi dua), alasannya, saya nggak punya dapur kotor, jadi pasti penggorengan dan panci-panci gede bakal dicuci disini, dan itu perlu space yang besar. Kami pilih model yang diatasnya bisa dipasang rak pengering piring dan gelas, yang bisa dibongakr pasang supaya fleksibel. Segi penampungan kotoran juga jadi alasan memilih sink. Sink yang kami beli ini lubang penampungan air dan kotorannya gede, dengan tutup dobel. Tutup pertana terkesan rapi dan tanpa lubang, cuma bisa masuk air di bagian sampingnya. Kalau tutup ini diangkat, bisa masuk sisa-sisa makanan yang langsung ditampung sama keranjang kecil yang bisa diangkat lengkap dengan kawat penjinjingnya, sehingga memudahkan membuang kotoran. Desain bawahnya agak melengkung buat tempat air supaya kalau wadah ini kering nggak meninggalkan bau. Komponen pembuanganlimbah juga tahan suhu tinggi (kan saya suka bersihin lemak mentega pakai air panas:))
Krannya dipilih yang agak tinggi dengan aliran air yang tidak terlalu deras.yang sistem pengaturan airnya mudah dilakukan saat tangan penuh sabun alias ga perlu mutr-muter, dan mudah dirubah rah aliran airnya.
Pengaturan tempat untuk meletakkan barang juga disesuaikan dengan kebutuhan. Awal di desain, saya udah ngebayangin barang-barang apa aja yang saya perlukan buat bertempur didapur. Karena saya punya banyak perlengkapan baking, jadi ya disesuaikan, artinya ada tempat kardus-kardus kue, ada tempat loyang-loyang dan ada tempat bahan-bahan kue.
Keramik dinding dapur, kami hunting ke Mitra Kalimalang, toko bahan bangunan. Juga,.....keramik motifnya kehabisan stok, tapi kami sabar aja nunggu sampai stoknya datang (kira-kira 6 bulan kemudian). Kami ambil yang motif sendok garpu tapi sedikit abstrak nuansanya.
Perlengkapan dalam (besi-besi buat rak piring dan gelas), juga kami pilih sndiri tapi dibeliin sama tukang kayunya. Cuma saya pilih sesuai kebutuhan, seperti rak piring yang nggak terlalu banyak mengingat kami cuma keluarga kecil. Rak gelas yang terpisah antara gelas sehari-hari dan gelas untuk tamu. Ada juga rak botol buat stock kecap, minyak, saos, madu dan sirop yang slalu ada di dapur. Sisanya kami biarkan menjadi ruangan lebar buat nyimpen perabotan masak lainnya.
Pernak-pernik dapurnya, saya berburu ke berbagai tempat. kali ini saya termasuk sabar menunggu sampai bentuk dan tipe yang sesuai saya temukan. Misalnya gantungan tempat tisyu yang baru saya temukan setelah 2 tahun dapur kami tempati:). Tapi kalo kitchenaid itu udah ada sebelum dapur ini ada lho.....hihihi.
Beberapa tips buat temen-temen muda yang sedang memperjuangkan mimpinya tentang dapur (ini berdasar pengalaman aja lho):
- rencanakan benar-benar kebutuhan yang kita perlukan didapur. Sesuaikan dengan kegiatan apa yang nantinya kita lakukan disana. Kalau misalnya punya wktu terbatas seperti saya, tapi pengen masakan beragam, saya putuskan beli kompor dengan banyak tungku sehingga bisa dipakai buat mengolah beberapa jenis masakan sekaligus.
komunikasikan benar-benar dengan pembuat kitchennya. Misalnya segi keamanan dari binatang-binatang kecil, peletakkan barang-barang yang nggak tahan lembab.
- Sabar dalam berburu pernak \-pernik pendukung yang kita butuhkan. Biasanya kalau kita sabar, kita bisa menemukan barang yang cantik dengan harga miring tapi kualitas bagus.
- Rajin mengunjungi pameran-pameran yang terkait dengan isi dapur. Kompor dan oven yang saya beli di pameran misalnya, selisih harganya sampai jutaan rupiah dibandingkan dengan di show room.
- Sesuaikan juga model dapur dengan waktu yang kita miliki untuk perawatannya. Terus terang saya nggak punya banyak waktu buat urusan dapur. Jadi saya pilih model kompor yang simpel dan ga banyak detil, sehingga proses perawatannya nggak butuh wkt banyak.
Stopkontak dan penerangan juga harus dipikirkan sesuai dengan kebutuhan. Misalnya ditempat mana aja yang perlu penerangan. kalau saya sih, karena sering menghias kue malam hari, selain diatas sink dan kompor, ada juga sudut lebar yang dikasih penerangan. Stopkontak juga disesuaikan di tmpat mana saya muat meletakkan juicer, magic jar dan kitchenaid mixer saya.
Jadi gitu deh cerita tentang dapur, penuh perjuangan, bahkan ada acara tambal menambal lubang tmpat masuknya jari memutar kob gas alam. Tapi jujur aja, saya cinta banget sama dapur ini. Saya bisa nyaman memasak sambil baca, dengerin musik, melihat ikan dan bbm-an bahkan buka laptop di dapur:)
Mudahan-mudahan postingan ini bermanfaat buat keluarga muda yang sedang memulai hidupnya. Jangan menyerah buat memberikan kenyamanan bagi keluarga tercinta:).
(gambarnya menyusul ya......ngetik di kantor nih, padahal fotonya di rumah)